Selasa, 27 April 2010

Perjumpaan Pertama yang ANEH & TAK BIASA…

Suasana yang agak berisik terngiang-ngiang di telingaku. Tambah lagi cuaca yang emang cukup panas, buatku mencucurkan keringat. Ga berapa lama kemudian, bel tanda masuk berbunyi yang menandakan waktu istirahat di SMAN 11 Makassar telah usai. Aku yang kebetulan ada dalam kelas, segera menyiapkan buku untuk pelajaran berikutnya…

Selang beberapa menit berlalu, seorang pria datang menuju ke kelasku bersama 2 anak kecil yang lucu-lucu. Ia pun masuk, mengucapkan salam & memperkenalkan dirinya. Muslimin Marwas namanya. Ia ternyata adalah guruku dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Dan kedua anak kecil tadi adalah buah hatinya. Aku merasa ga begitu asing dengannya, mungkin karena aku pernah melihatnya 1 atau 2 kali…

Di awal pembelajaran, Pak Muslimin menjanjikan bahwa ia akan membuat pelajaran Bahasa Indonesia yang biasanya kurang menarik menjadi menyenangkan. Kemudian beliau bertanya padaku & teman-teman yang lain tentang tujuan kami memilih kelas jurusan IPA. Yah, memang saat itu aku berada pada kelas XI IPA 4. Hasilnya pun beragam antara 1 & yang lain.

Kemudian Pak Mus (nama singkatan yang kusuka) mencoba menerangkan pada kami semua, tentang besarnya biaya yang akan kami keluarkan selama beberapa tahun kedepan untuk meraih gelar sarjana. Biaya itupun, ga lain & ga bukan berasl dari orang tua kami masing-masing. Dan hasilnya pun ga tanggung-tanggung lho!! Bayangin, ± Rp. 150 juta!!! Nilai yang ga pernah terlintas di akal pikiranku…

Entah ada gerangan apa, tiba-tiba aku dipanggil naik ke depan oleh Pak Mus. Aku gat tau mau diapakan aku ini. Pak Mus menyuruhku untuk mainkan sebuah game yang judulnya agak serem, “Belajar Mati”. Aku kaget, masalahnya aku belum pernah merasakan yang namanya mati (hihi, emang kan..). akhirnya aku mau juga mainkan game itu. Aku hanya disuruh pura-pura mati dalam hitungan ke-3. 1,2 & 3, aku pun pura-pura mati. Ternyata namanya ga seseram kalau udah dimainkan. Setelah itu, aku kembali ke tempat…

Dibalik game itu, ternyata tersirat sebuah makna. Pak Mus memberikan kami gambaran tentang apa yang terjadi setelah kami mati nanti. Semua biaya ratusan juta itu akan terbang & lenyap begitu aja ketika kami telah tiada lagi. Sungguh kenyataan yang berat, tapi memang begitulah keadaannya...

Ga lama berselang, Pak Mus memberi kami sebuah game lagi. Aku ga tau apa nama gamenya, tapi aku panggil dengan “Mengingat Orang Lain”. Kami semua disuruh berdiri di atas kursi masing-masing, sedang Pak Mus sendiri jongkok di lantai. Keadaa ini menunjukkan suatu makna, yaitu bila kita telah berada pada titik puncak (mencapai keberhasilan), janganlah lupa dengan orang-orang kecil. Orang-orang yang berada di bawah kita yang butuh pertolongan & uluran tangan…

Selai 2 games tadi, Pak Mus juga mengajarkan kami sebuah hal. Ia mengajarkan kepada kami, bahwa kunci menuju kesuksesan adalah “kemauan” disertai dengan “kerja keras”. Jangan hanya mengandalkan salah satunya, tapi lakukanlah keduanya. Karena keduanya merupakan kombinasi untuk meraih mimpi,eh salah, meraih SUKSES…

Bel pun berbunyi, menandakan habislah sudah waktu pembelajaran Bahasa Indonesia kelasku. Pak Mus pun memberi salam, lalu kemudian segera keluar karena guru mata pelajaran berikutnya telah menanti…

Begitulah, tanggal 22 Juli 2009 merupakan awal perjumpaan kami dengan Pak Muslimin Marwas, guru Bahasa Indonesia baru di kelasku. Dibanding dengan perjumpaan pertama dengan guru-guru yang lain, perjumpaan ini ku sebut aneh & tak biasa ku alami, mungkin juga belum pernah ku alami. Walaupun demikian, Pak Mus telah memberi pelajaran yang sangat berguna & memberi kesan yang ga mungkin ku lupakan bagiku & teman-temanku di awal perjumpaan kami. Terima kasih Pak!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar